Dua Kecurangan Pilpres di Hong Kong Versi Relawan
Senin, 14 Juli 2014
TEMPO.CO, Jakarta -
Sejumlah relawan pemantau pemilihan umum di Hong Kong melaporkan dua kasus
dugaan kecurangan pelaksanaan pemilu presiden kepada Panitia Pengawas Pemilu di
Hong Kong. "Laporan ini berdasarkan pengaduan teman-teman warga negara
Indonesia yang disampaikan kepada kami," kata relawan Answer Styannes, 26
tahun, saat dihubungi Tempo melalui sambungan langsung jarak jauh,
Senin, 14 Juli 2014.
Hingga Ahad, 13 Juli 2014, para relawan masih membuka posko pengaduan dugaan kecurangan pemilu di Hong Kong. "Hingga kemarin, kami menerima sekitar 30 pengaduan lebih dari para tenaga kerja Indonesia soal dugaan kecurangan itu," ujar Answer. Dari semua laporan, dapat diklasifikasikan adanya dua dugaan pelanggaran.
Pertama, tutur Answer, sikap petugas tempat pemungutan suara dari Jakarta yang dinilainya telah mengintimidasi. "Ada rekan-rekan yang ditanya oleh petugas, siapa presiden pilihan mereka, lalu petugas mengatakan TPS hanya dibuka bagi pemilih calon presiden tertentu," katanya.
Tidak hanya itu, gerak-gerik sejumlah petugas itu pun terlihat tidak netral. Mereka tampak berupaya mempengaruhi para TKI yang hendak mencoblos pada 6 Juli lalu dengan menyebut nama pasangan capres dan cawapres tertentu. "Berdasarkan laporan, ada dua petugas di salah satu TPS di Victoria Park yang bersikap demikian."
Kedua, dugaan pelanggaran administrasi. "Panitia pemilu Hong Kong terlihat sangat tidak siap," ujar Answer. Salah satu buktinya, ribuan WNI di Hong Kong tidak mendapatkan surat undangan mencoblos sampai hari H.
"Akibat dari ketidaksiapan itu, banyak WNI yang kehilangan hak suara, apalagi panitia membatasi waktu pencoblosan hanya sampai pukul 17.15." Seharusnya, tutur dia, panitia mengantisipasi membeludaknya WNI dengan menyiapkan undangan dan surat pemberitahuan kepada para pemilik hak suara.
Tim relawan pemantau pemilu sudah menyampaikan laporan dugaan kecurangan pemilu itu kepada Panitia Pengawas Pemilu di Hong Kong pada 9 Juli lalu. "Kemarin, kami mendapat informasi, tim Panwaslu sudah hampir merampungkan investigasinya," kata Answer.
Upaya mendorong pengusutan dugaan kecurangan pemilu itu yakni ratusan WNI mendatangi Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong untuk melakukan aksi protes pada Minggu, 13 Juli 2014. "Kami minta dilakukan pemilu susulan buat rekan-rekan yang kemarin tidak kebagian mencoblos."
sumber : http://pemilu.tempo.co/read/news/2014/07/14/269592908/2-Kecurangan-Pilpres-di-Hong-Kong-Versi-Relawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar